PWM Jawa Tengah - Persyarikatan Muhammadiyah

DEMAK - Warga Muhammadiyah diminta tidak bersikap demonstratif dalam menyambut Bulan Ramadan. Sebaliknya, hendaknya kader dan simpatisan bersikap proporsional. "Menyambut Bulan Ramadan kok semua warung makan dilarang buka. Sebab, ada hak orang lain terhadap warung itu. Kan ada orang-orang yang diperbolehkan tidak berpuasa. Puasa adalah perisai. Kalau orang berpuasa semua, tentu saja tidak akan mengunjungi diskotik. Dalam waktu dua hari, kalau diskotik sepi, pasti tutup sendiri," ungkap Bendahara Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah, Dr. Hasan Asyari Ulamai, M. Ag, saat memberikan tausiah dalam pengajian menyambut Ramadan yang digelar Pimpinan Cabang Muhammadiyah Sayung Kabupaten Demak, di halaman Masjid At Taqwa, Kelurahan Purwosari, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Sabtu (14/7).
Hadir dalam pengajian itu, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Demak, dr. Fuad Al Hamidy, ratusan kader dan simpatisan ormas itu.
Hasan Asy'ari juga meminta kepada kader Muhammadiyah untuk menghargai perbedaan penentuan awal Bulan Puasa. Bagi Muhammadiyah, penentuan awal Puasa menggunakan metode hisab wujudul hilal. Hal itu didasarkan dengan hadits Nabi yang menerangkan, bahwa pada masa Nabi tidak ada umatnya yang pandai menghitung. Karena itu, dalam menentukan bulan, Nabi menggunakan metode melihat dengan mata telanjang.
"Hal itu membuka kesempatan umatnya yang mampu melihat bulan dengan penghitungan dalam melihat bulan. Dengan metode hisab, bisa dipastikan berapa derajat, detik, menit, dan jamnya saat pergantian bulan. Jadi, kami juga mampu menentukan Idul Fitri pada 250 tahun ke depan," tandasnya. Dia menegaskan, Muhammadiyah menentukan awal puasa pada 20 Juli. (fakhrudin/suaramerdeka)

Kategori: Muhammadiyah, Berita

• 2016
• 2015
• 2014
• 2013
• 2012
• 2011